Thursday, July 10, 2014

Kemana 9 elemen Jurnalistik, MATI kah?



Saya adalah alumni FIKOM UNPAD, 3 tahun di jurusan BROADCASTING yang mata kuliahnya berdasar pada ruang lingkup JURNALISTIK.
Yang saya dapat di bangku kuliahan adalah menjadi seorang wartawan itu berat, makanya S1 nya saya mengambil jurusan Public Relation. Mengapa menurut saya menjadi wartawan itu berat? karena menjadi wartawan itu gak sembarang bikin tulisan, gak sembarangan ngasih kabar ke orang, ini wartawan, bukan ibu-ibu yang ngumpul di tukang sayur. Ada etikanya, salah satu yang 'mengatur' wartawan itu adalah 9 elemen Jurnalistik. Yang menurut saya, selama pilpres ini berlasung, ada beberapa media yang menguapkan 9 elemen ini. Isinya kira-kira begini (meski sang wartawan harus tunduk pada aturan media tempat dia bekerja) :
1. Kewajiban utama jurnalisme adalah pencari kebenaran.
Yakin, media yang ada baca/ tonton sudah sesuai dengan kebenaran yang ada? kalau cuman gosip ya sama dengan infotaiment dong.
2. Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada masyarakat.
Wartawan harus menyajikan berita dengan tanpa memihak. Ia harus memelihara kesetaraan kepada masyarakat dengan cara menyajikan berita dengan tanpa dipengaruhi oleh kepentingan tertentu. Opini saya, ada beberapa media yang sangat dipengaruhi oleh pemegang saham atau pemilik. :(
3. Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi.
Nah, ini dia yang diberitakan haruslah fakta, dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Verifikasi dulu sebelum di cetak/di tayangkan, jangan asal jeplak. Atau malah memutar balikkan fakta.
4. Wartawan harus menjaga independensi dari objek sumber beritanya.
Indenpendensi, tau lah ya.. jangan mencampur adukkan opini dengan fakta, apalagi untuk membentuk citra seseorang demi bayaran, atau asal si empunya media senang.
5. Wartawan mengemban tugas yang bebas sebagai pemantau terhadap kekuasaan.
Jurnalis adalah pemantau independen terhadap kekuasaan. Prinsip ini sangat menekankan peran penjaga (watchdog). Peran ini harus selalu dijaga. Wartawan tidak boleh menyelewengkannya. Misalkan dengan memanfaatkannya untuk kepentingan komersial partai. ( Respect sama wartawan media tertentu yang pasti panas2an nyari berita, tapi ujung2 nya point of view beritanya disetir si pemilik :( )
6. Jurnalis harus menyediakan forum untuk kritik dan komentar publik.
Ya kalau dikritik, terima jangan marah :).
7. Jurnalis harus berusaha membuat yang penting menjadi menarik dan relevan.
8. Wartawan harus menjaga agar berita itu proporsional dan komprehensif.
Prinsip di sini adalah jurnalisme sebagai sebuah bentuk kartogafi yang mampu memetakan arah dalam masyarakat. Pemberitaan harus dilakukan secara proporsional dengan tidak menghilangkan hal-hal yang penting. Apalagi kalau hanya untuk melambungkan sensasi, dan harus cover both side :D
9. Wartawan memiliki kewajiban utama terhadap suara hatinya.
Setiap wartawan harus memiliki rasa etik dan tanggung jawab. Ketika rasa moral kita memaksa untuk berbicara keadilan, maka ia punya kewajiban moral untuk berbicara di ruang-ruang redaksi maupun eksklusif walaupun berbeda dengan rekan.

Ini hanya opini saya sebagai lulusan d3 broadcast yng sekarang juga kerjanya gak jadi wartawan, jadi saya juga gak tahu dilapangan seperti apa, tp sebagai seseorang yang pernah diberi ilmu ini, kok kayaknya Jurnalistik kita kayak yang mati ya? kemana COVER BOTH SIDE nya? kemana indenpendensinya? 

Semoga saya aja yang salah menafsirkan apa yang terjadi di negara ini :)

1 comment:

  1. Mungkin karena orientasinya pada uang mbak, Jadi kesembilan elemen itu tersingkir...

    ReplyDelete