Rimba Amniotik
ini salah satu puisi *atao cerita?* yang ada di buku Madre.
ditulis ketika Dee sedang mengandung Atisha.
*yang ibu2 kalo mau menangis terharu, silakan lho :p*
*bagiin tisu virtual*
----------------------------
.. catatan kecil untuk Si Kecil ...
Beberapa hari lagi sebelum kehadiranmu, atau bahkan beberapa jam?
Aku tak persis tahu.
Banyak yang ingin kuucapkan, tapi sepertinya kaulah yang sudah tahu.
Sekian lama kita bernapas bersama, bergerak bersama, merasa bersama.
Kau begitu dekat bahkan bersatu dengan tubuhku,
tapi tetap saja, di sini aku menanti kehadiranmu.
Perjalananmu kelak hanyalah dari perutku menuju dekapanku.
Namun itulah perjalanan yang akan mengubah kita berdua.
Mengubah dunia.
Saat kau tiba, aku tak lagi menjadi manusia yang sama.
Dan kau juga akan melihat dunia yang berbeda: terra firma.
Selapis kulit saja tabir yang membatasi kita, tapi sungguh berkuasa.
Kau datang, dengan segala kegenapanmu.
Kau datang, bahkan sudah dengan nama.
Kau datang, dengan segala pelajaran dan kebijaksanaan.
Aku memilihmu karena kita pernah sama-sama berjanji pada satu sama lain, lanjutmu lagi.
Saat kita berdua masih sama-sama ingat.
Saat kita berdua masih sama-sama di sisi lain dari koin ini.
Entah bagaimana harus aku mencintaimu.
Kau lebih seperti guru sekaligus sahabat.
Waktu kau tiba dalam bentuk mungil dan rapuh nanti, biarlah alam yang mengajarkanku untuk mencintaimu lagi dari nol.
Seolah kita tak pernah bertemu sebelumnya, seolah kita tak pernah bercakap-cakap bagai dua manusia dewasa, karena dalam bahasa jiwa semua “seolah” yang kusebut barusan tiada guna.
Waktu, usia, dan perbedaan jasad kita, lagi-lagi hanyalah hadiah dari sisi koin di mana kita sekarang tinggal. Hadiah yang harus direngkuh dan diterima.
Sembilan bulan ini mereka bilang aku tengah mengandungmu.
Aku ingin bilang, mereka salah.
Kamulah yang mengandungku.
Seorang ibu yang mengandung anak di rahimnya sesungguhnya sedang berada dalam rahim yang lebih besar lagi.
Dalam rahim itu, sang ibu dibentuk dan ditempa.
Embrio kecil itu mengemudikan hati, tubuh, dan hidupnya.
Terima kasih telah mengandungku;
menempatkanku dalam rimba amniotik di mana aku belajar ulang untuk mengapung bersama hidup,
untuk berserah dan menerima apa pun yang kau persembahkan.
Kini dan nanti.
Manis, pahit, sakit, senang,
kau ajari aku untuk berenang bersama itu semua,
sebagaimana kau tengah berenang dalam tubuhku dan merasakan apa yang kurasa,
mengecap apa yang kumakan,
menghirup udara yang kuendus—tanpa bisa pilih-pilih.
Kau terima semua yang kupersembahkan bagimu.